NAMA : HANIF ABDULLAH
KELAS : ILMU KOMUNIKASI B
NIM : 18107030062
profetik merupakan istilah baru dalam ilmu komunikasi, Profetik mengacu pada komunikasi kenabian Rasulullah Muhammad saw yang penuh dengan kandungan nilai dan etika. Komunikasi profetik merupakan praktek baru ilmu komunikasi dalam perspektif lslam yang terhubung dengan kajian ilmu komunikasi yang sudah berkembang sebelumnya. Ada beberapa contoh konteks komunikasi profetik yaitu berubahnya IAIN (Institut Agama Islam Negeri) menjadi UIN (Univeritas Islam Negeri), perkembangan dunia informasi dan digital, serta bauran kebudayaan dan agama (penggunaan hijab dalam banyak model, dan lain-lain).
Di era digital saat ini, komunikasi profetik juga masuk ke dalam penerapan berbagai konsep media yaitu Undang Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagai peraturan yang bertujuan agar segala penggunaan dan pengaksesan informasi di public lebih aman, karena banyak muncul media baru seperti media sosial dan media pembelajaran, terutama di masa pandemi Covid-19 seperti ini. Dalam berbagai materi pembelajaran komunikasi profetik dijelaskan bagaimana sejarah dan asal mula akar komunikasi profetik, yaitu terjadinya kesalahpahaman pemikiran barat dan Islam (dilihat dari pendekatan komunikasi profetik). Barat salah paham pada Islam, Islam salah paham pada barat, barat salah paham pada barat, dan Islam salah paham pada Islam. Kesalahampahan yang terjadi antara Barat dan Islam dan lain-lain, kemudian disimpulkan bahwa hal tersebut merupakan perbedaan ideology yang kemudian menjadi paradigma komunikasi profetik.
Komunikasi profetik membawa tiga misi antara lain 1) humanisasi, yaitu memanusikan manusia, 2) liberasi, yaitu membebaskan manusia dari belenggu kebodohan, 3) transtendensi, yaitu membawa manusia pada nilai – nilai ketuhanan. Komunikasi profetik yang menyampaikan nilai-nilai kenabian terkandung dalam QS. Ali Imron : 110 yang artinya berbunyi :
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Kajian tentang humanisasi, liberasi, dan transendensi, adalah bukan merupakan hal yang baru, tema ini sering diangkat dan dikupas oleh beberapa pemikir Indonesia, baik dari yang segenerasi dengan Kuntowijoyo, maupun generasi pemikir setelahnya. Meski demikian, upaya serius untuk mencari kesinambungan (relasi) atas ketiga hal tersebut masih tergolong langkah, terlebih lagi jika dihubungkan dengan ilmu-ilmu sosial. Kuntowijoyo adalah salah satu pemikir yang terlibat dalam mengurai persoalan tersebut, dan mengusungnya menjadi satu teori sosial Islam, yakni Ilmu Sosial Profetik dan kemudian menjadi akar komunikasi profetik. Komunikasi profetik dalam berdakwah merupakan salah satu manifestasi dari integritas moral dan multikecerdasan: intelektual, emosional, sosial, dan spritual.
Jadi, komunikasi profetik itu humanis: menyeru tanpa hinaan, kebencian, dan perundungan; mengajak tanpa mengejek; menasihati tanpa harus menggurui; mengedukasi tanpa mempersekusi; dan memberi teladan kebaikan dalam kehidupan tanpa membodohi umat de ngan pencitraan berlebihan. Komunikasi profetik itu meng-hadir kan solusi bukan ilusi; memberi bukti kinerja unggulan berba-sis ga gasan cerdas bukan bekerja tanpa gagasan dan perencanaan yang jelas; dan membebaskan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya iman, ilmu pengetahuan, dan peradaban yang berkeadaban.
Komentar
Posting Komentar